HFANEWS.COM – Dunia kembali diingatkan akan bayang-bayang konflik bersenjata. Dalam kunjungannya ke Inggris, Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menyampaikan pesan yang kuat dan penuh keprihatinan: dunia harus bersiap menghadapi kemungkinan konflik besar dengan Rusia dalam lima tahun ke depan.
Pernyataan itu disampaikan di tengah ketegangan yang belum mereda akibat perang di Ukraina, yang telah merenggut banyak nyawa dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka. Rutte, dengan nada tegas namun juga penuh rasa tanggung jawab, mengajak negara-negara anggota NATO untuk bersatu dan memperkuat pertahanan demi menjaga perdamaian yang rapuh.
“NATO membutuhkan lompatan kuantum dalam pertahanan kolektif kita,” ucapnya, seraya menekankan perlunya penguatan sistem pertahanan udara dan rudal untuk melindungi warga sipil dari ancaman udara seperti yang terjadi di Ukraina.
BACA JUGA : Gelombang PHK di P&G: Ribuan Karyawan Non-Manufaktur Hadapi Ketidakpastian
Ia mengusulkan agar negara-negara NATO mengalokasikan hingga 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) mereka untuk pertahanan, termasuk 1,5% khusus untuk perlindungan dunia siber dan infrastruktur militer pendukung.
Bagi Rutte, langkah ini bukan semata-mata tentang kekuatan militer, tapi soal tanggung jawab moral untuk melindungi masyarakat. “Bahaya tidak akan hilang bahkan ketika perang di Ukraina berakhir,” katanya. Ia juga menekankan pentingnya menjaga keamanan generasi mendatang dengan menciptakan perisai damai, bukan hanya senjata perang.
Namun, suara dari Moskow menunjukkan betapa rentannya hubungan internasional saat ini. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menuding NATO sebagai alat agresi, memperkeruh suasana yang sudah panas.
Di balik strategi militer dan angka-angka anggaran, ada jutaan orang yang bergantung pada stabilitas global: anak-anak yang ingin belajar tanpa suara sirene, keluarga yang mendambakan malam yang tenang tanpa ledakan, dan warga biasa yang hanya ingin hidup dalam damai.
Kunjungan Rutte ke Inggris tak hanya sekadar diplomasi, namun juga simbol solidaritas. Ia sempat mengunjungi Sheffield Forgemasters, tempat pembuatan komponen kapal selam, mengingatkan bahwa pertahanan tak hanya soal senjata, tapi juga pekerjaan, teknologi, dan masa depan.
Pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menjadi bagian dari usaha diplomatik untuk mengamankan dukungan dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.
Di tengah dunia yang terus berubah, seruan Rutte bukanlah panggilan untuk perang, tetapi peringatan agar dunia tidak lengah. Bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk menjaga harapan akan perdamaian yang nyata.