HFANEWS.COM – Harga minyak mentah dunia kompak dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (10/11/2023), setelah kenaikan pada perdagangan kemarin.
Harga minyak mentah WTI dibuka terkoreksi 0,20% di posisi US$75,59 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka turun 0,21% ke posisi US$79,84 per barel.
Sementara pada perdagangan Kamis (9/11/2023), harga minyak mentah WTI ditutup menguat 0,54% di posisi US$75,74 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent ditutup naik 0,59% ke posisi US$80,01 per barel.
Namun, kenaikan pada perdagangan Kamis lebih rendah dibandingkan harga berjalan yang sempat menyentuh kenaikan sebesar 2,4% untuk minyak mentah WTI maupun brent.
Adapun harga minyak naik setelah laporan Israel melakukan bom di sekitar area rumah sakit Indonesia yang berada di Gaza. Belum diketahui berapa banyak korban jiwa atas aksi pemboman tersebut.
Dari Amerika Serikat (AS), pada perdagangan Kamis, komentar Ketua The Federal Reserve AS Jerome Powell yang mengindikasikan kemungkinan kenaikan suku bunga di masa depan mengguncang harapan pasar saham dan minyak mentah akan permintaan yang kuat.
“Ada hambatan ekonomi makro yang mempengaruhi pasar saat ini,” ujar John Kilduff, mitra Again Capital LLC.
Fundamental pasar mendominasi sentimen pedagang sepanjang hari Kamis karena kekhawatiran akan gangguan pasokan di Timur Tengah telah mereda, ucap Jim Burkhard, wakil presiden dan kepala penelitian pasar minyak di S&P Global Commodity Insights.
“Permulaan perang Israel-Hamas memang memicu volatilitas dan membawa risiko tambahan, namun hal itu tidak mempengaruhi fundamental pasar minyak,” ucap Burkhard. “Harga minyak masih berada di bawah harga pada akhir September, seminggu sebelum serangan Hamas. Fundamental pasar minyak yang kuat mengatasi segala ketakutan saat ini.”
Minyak Brent hampir US$20 per barel lebih rendah dari harga tertingginya di bulan September.
Data dari China pada hari Kamis menunjukkan para pengambil kebijakan kesulitan mengendalikan disinflasi, sehingga menimbulkan keraguan atas peluang pemulihan ekonomi secara luas di negara konsumen komoditas terbesar dunia tersebut.
Pada awal minggu ini, data bea cukai menunjukkan bahwa total ekspor barang dan jasa China mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan.
Indikator permintaan juga menyiratkan kelemahan di Amerika Serikat.
Persediaan minyak mentah AS meningkat 11,9 juta barel selama seminggu hingga 3 November, menurut sumber yang mengutip angka dari American Petroleum Institute.
Jika terkonfirmasi, angka ini akan mewakili kenaikan mingguan terbesar sejak Februari. Namun Badan Informasi Energi (EIA) AS telah menunda rilis data persediaan minyak mingguan hingga 15 November untuk peningkatan sistem.
Namun, pasar global optimistis pada hari Kamis karena keyakinan bahwa bank sentral utama telah menyelesaikan kenaikan suku bunga mereka. Suku bunga yang tinggi meningkatkan biaya pinjaman, sehingga mengurangi permintaan di pasar, termasuk minyak.
Baik OPEC dan Badan Energi Internasional (IEA) akan menyampaikan pandangan mereka mengenai keadaan fundamental permintaan dan pasokan minyak minggu depan.
OPEC akan bertemu pada akhir bulan ini untuk membahas kebijakan produksi untuk tahun 2024. (HFAN/DVD)