HFANEWS.COM – Asosiasi Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) mengungkapkan penyebab penjualan motor listrik bersubsidi Rp7 juta terhambat. Menurut Ketua Umum Aismoli Budi Setiyadi, penyebab utama adalah karena dealer yang belum merata ada di seluruh daerah Indonesia.
Untuk itu asosiasi mendorong agar semua agen pemegang merek (APM), member Aismoli terutama merek dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sudah mencapai 40 persen, bisa cepat masuk ke pasar yang masih kosong tersebut dengan membentuk kerja sama.
“Kemudian di area ini lah ada skema, ada B2B yang terjalin. Saya dapat WhatsApp dari pengusaha di Makassar, Kalimantan, mereka mau datang liat potensi yang ada untuk membuka kemitraan, dealer di beberapa daerah di Kalimantan,” ujar Budi.
Baca Juga : Pasar mobil listrik di dunia diperkirakan akan semakin memanas pada tahun 2026
Dari aspek industri dan penggunaan oleh masyarakat, pemerintah sudah memberi karpet merah kepada asosiasi dan merek motor listrik untuk memperluas pasar.
Sekarang, tegasnya, tinggal bagaimana membangun strategi yang tepat dan akurat supaya kepercayaan masyarakat terhadap motor listrik bisa terbangun.
Sampai saat ini, menurut data dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tercatat 52 merek motor listrik, sementara yang tercatat di Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ada sekitar 42 merek motor listrik. Sedangkan yang sudah ikut jadi anggota Aismoli ada sebanyak 38 merek.
“Tapi dengan kegiatan ini (Inabuyer EV Expo 2023), ada banyak lamaran merek baru yang segera bergabung. Mudah-mudahan dengan makin banyak yang gabung Aismoli kita bisa makin menyuarakan aspirasi yang sekarang ini jadi bottle neck terhadap kita. Tinggal bagaimana penetrasi ke marketnya,” kata Budi.
Sementara itu, Sistem Informasi Bantuan Pembelian Kendaraan Bermotor Listrik Roda Dua (SISAPIRa) mencatat, sampai saat ini masih tersisa 185.141 unit motor listrik bersubsidi Rp7 juta. (hfan/dvd)