Scroll untuk baca artikel
Top banner Example 325x300
Ekonomi

GAPENSI Nilai Pelemahan Rupiah Berdampak pada Pembiayaan Proyek Konstruksi

71
×

GAPENSI Nilai Pelemahan Rupiah Berdampak pada Pembiayaan Proyek Konstruksi

Share this article
Foto Ilustrasi
Example 468x60

HFANEWS.COM – Nilai tukar rupiah melemah 142 poin menjadi Rp 16.412 per dolar AS. Pada hari sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp 16.270.

Adapun faktor yang mendorong pelemahan nilai tukar rupiah adalah aliran modal asing yang keluar. Hal ini terjadi karena investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi di negara lain, terutama di negara maju.

Example 300x600

Terkait pelemahan rupiah, Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) mengaku prihatin melihat dampak melemahnya rupiah terhadap pembiayaan proyek konstruksi.

Ketua Umum BPP GAPENSI, Andi Rukman Nurdin Karumpa menyebut, nilai rupiah melemah menyebabkan harga bahan baku impor seperti besi, baja, semen, dan alat-alat berat yang diimpor akan meningkat. Kenaikan biaya tersebut tentunya berdampak langsung pada peningkatan biaya produksi secara keseluruhan.

“Akibatnya, margin keuntungan menjadi lebih kecil dan harga proyek bisa melonjak jika tidak ada penyesuaian anggaran,” kata Andi seperti dikutip dari Kontan, Rabu (19/6/2024).

Tak hanya itu, dia membeberkan dampak lain yang dirasakan pengusaha kontraktor seperti keterbatasan Likuiditas karena kenaikan biaya impor bisa mempengaruhi aliran kas perusahaan, terutama bagi kontraktor yang bergantung pada bahan baku impor dalam jumlah besar. Lalu ada resiko penundaan proyek, resiko kredit, serta resiko inflasi biaya operasional.

Andi bilang, GAPENSI sangat mempertimbangkan untuk mengusulkan eskalasi nilai proyek kepada pemerintah.
Namun menurutnya sejauh ini surat Kementerian Keuangan Nomor S-940/MK/2022 mengenai usulan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang penyesuaian harga (eskalasi) pada kontrak pekerjaan konstruksi tahun anggaran 2022 akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan aspal, pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dirasa belum memberikan dampak positif kepada pelaku jasa konstruksi.

Baca Juga: Ekonom Apresiasi Kebijakan Bank Indonesia Meski Rupiah Tertekan hingga Rp 16.300 per Dolar AS

“Kenaikan biaya bahan baku yang tidak terduga ini perlu diakomodasi agar proyek-proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana tanpa menurunkan kualitas,” ujarnya.

Andi mengaku, pihaknya berharap pemerintah dapat mempertimbangkan skema untuk meredam dampak pelemahan rupiah ke sektor konstruksi, salah satunya dapat ditempuh dengan eskalasi atau peningkatan nilai kontrak proyek untuk diajukan ke Kementerian Keuangan. Hal tersebut dilakukan guna menutup pembengkakan biaya produksi akibat adanya pelemahan rupiah terhadap dolar.

“Saya selaku Ketua Umum BPP GAPENSI berharap bahwa dengan adanya dialog yang konstruktif antara pemerintah dan pelaku Jasa Konstruksi,” ucap Andi.

Baginya, solusi harus segera dicari agar sektor jasa konstruksi tetap dapat berkontribusi maksimal terhadap pembangunan nasional.(HFAN/Arum)

Example 300250

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *