HFANEWS.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (20/12/2023) berpeluang menguat pada rentang Rp15.490- Rp15.540 di tengah komentar hawkish pejabat The Fed yang menyebut penurunan suku bunga dalam waktu dekat adalah sesuatu hal yang tak berdasar.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (19/12/2023) pada 15.15 WIB, rupiah ditutup menguat tipis 0,03% atau 4 poin ke Rp15.506 per dolar AS. Di saat sama, indeks dolar AS menguat 0,01% atau 0,01 poin ke 102,57.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pejabat Bank Sentral AS Federal Reserve berupaya meredam spekulasi penurunan suku bunga.
“Komentar mereka agak bertentangan dengan pandangan dovish dari The Fed selama pertemuan kebijakan terakhirnya tahun ini, di mana bank sentral mengatakan pihaknya telah selesai menaikkan suku bunga dan akan mempertimbangkan penurunan pada 2024,” kata Ibrahim dalam risetnya, dikutip Rabu (20/12/2023).
Sejumlah pejabat Fed mengatakan pada Senin bahwa antusiasme pasar terhadap penurunan suku bunga dalam waktu dekat tidak berdasar, dan inflasi yang tinggi dapat membuat kondisi moneter lebih ketat lebih lama.
Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan dia “bingung” dengan bagaimana pasar bereaksi terhadap pertemuan The Fed minggu lalu, sementara Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan bahwa The Fed tidak mempertimbangkan penurunan suku bunga, namun lebih pada berapa lama kebijakan harus tetap ketat untuk mengembalikan inflasi ke target 2%.
Baca Juga: Sentimen Kebijakan The Fed, Rupiah Berpeluang Menguat
Pasar, lanjut Ibrahim, juga mempertahankan pertaruhan mereka terhadap penurunan suku bunga The Fed lebih awal, dengan prediksi pasar berjangka menunjukkan peluang hampir 63% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Maret 2024.
Di Asia, Bank Of Jepang (BOJ) mempertahankan suku bunga pada tingkat negatif dan tidak memberikan petunjuk kapan mereka berencana untuk mulai melakukan pengetatan kebijakan.
“Namun, bank sentral memperingatkan bahwa inflasi Jepang kemungkinan akan tetap stabil dalam beberapa bulan mendatang, sebuah tren yang dapat membuat bank berada di bawah tekanan yang semakin besar untuk memperketat kebijakan,” kata Ibrahim.
Sekalipun Gubernur Kazuo Ueda telah memberikan beberapa sinyal mengenai potensi pengetatan kebijakan pada 2024, ia menegaskan kembali perlunya kebijakan ultra-longgar dalam jangka pendek, dengan alasan meningkatnya risiko ekonomi terhadap Jepang.
Adapun dari sentimen domestik, Ibrahim mengharapkan pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2024 bisa berlangsung dalam satu putaran dan akan membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia.
“Tren pertumbuhan ekonomi di 5 persen bisa makin tinggi jika uang beredar makin besar. Terobosan kebijakan finansial di pemerintahan yang baru ini jadi hal yang sangat penting,” jelas Ibrahim. (HFAN/Arum)