Scroll untuk baca artikel
Top banner Example 325x300
Ekonomi

KSP: Macetnya Realisasi Impor, Harga Bawang Putih Melonjak

62
×

KSP: Macetnya Realisasi Impor, Harga Bawang Putih Melonjak

Share this article
Foto ilustrasi
Example 468x60

HFANEWS.COM – Harga bawang putih melonjak tinggi, lonjakan harga bawang putih di pasaran dipengaruhi oleh masalah di China. Kondisi itu lalu berpengaruh ke Indonesia yang masih ketergantungan impor bawang putih.

Kantor Staf Presiden (KSP) mengungkapkan bahwa mahalnya harga bawang putih di Indonesia bukan disebabkan oleh tingginya harga di China sebagai sumber impor.

Example 300x600

Deputi III Bidang Perekonomian KSP Edy Priyono membeberkan, tingginya harga bawang putih saat ini disebabkan oleh macetnya realisasi impor.

“Jadi tidak ada alasan bahwa mahalnya bawang putih ini karena harga di China mahal, karena harga di China ternyata tidak mahal,” ujar Edy dalam rapat pengendalian inflasi daerah, Senin (13/5/2024).

Baca Juga: Harga Bawang Putih Hingga Minyak Goreng Melonjak

Edy memerinci, rata-rata harga bawang putih secara nasional per 8 Mei 2024 mencapai Rp46.450 per kilogram, telah naik 16,1% dibandingkan harga pada 1 Januari 2024 sebesar Rp40.000 per kilogram. Harga bawang putih saat ini juga telah naik signifikan dibandingkan harga rata-rata pada 2023 sebesar Rp29.350 per kilogram.

“Setelah itu, hasil penelusuran yang dilakukan pemerintah mendapati bahwa harga bawang putih di China di tingkat grosir ternyata kurang dari US$1 per kilogram atau hanya US$0,89 per kilogram,” tutur Edy.

Menurutnya, dengan kondisi harga bawang putih di negara sumber impor yang cenderung stabil itu, seharusnya harga bawang putih di dalam negeri tidak terlalu tinggi.

Dia pun memastikan bahwa akar persoalan harga bawang putih yang melonjak disebabkan oleh realisasi impor yang seret. Adapun, realisasi impor bawang putih hingga 8 Mei 2024, tercatat hanya 113.477 ton atau baru 34,7% dari persetujuan impor yang diterbitkan Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Realisasi impor bawang putih tersebut dipastikan hanya dapat memenuhi 42,2% kebutuhan nasional selama 5 bulan.

Salah satu dugaan penyebab pengadaan impor bawang putih yang lambat, kata Edy, lantaran sebagian besar pelaku usaha yang mendapatkan persetujuan impor merupakan pemain baru. Para importir baru itu dianggap membutuhkan waktu lebih lama dalam melakukan impor.

Namun, Edy menilai seharusnya para pemegang izin impor sudah memiliki akses dan kapasitas yang memadai untuk melakukan pengadaan bawang putih dari China.

“Seharusnya tidak seperti itu ya, kita asumsikan orang kalau sudah dapat persetujuan impor seharusnya sudah punya kapasitas,” ucapnya. (HFAN/Arum)

 

Example 300250

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *