HFANEWS.COM – Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat produksi lifting minyak bumi siap jual hanya 607 ribu barel per hari (bph) pada 2023. Namun masih jauh dari target yang ditetapkan sebesar 660 ribu bph.
Sri Mulyani mengatakan tak hanya target lifting minyak yang meleset, tapi juga lifting gas yang hanya 964 ribu barel setara minyak per hari (barrels oil equivalent per day/BOEPD) pada 2023.
“Lifting minyak dan gas semua di bawah asumsi 2023 maupun realisasi 2022. Jadi kalau lihat lifting minyak 607 ribu barel, lebih rendah dari asumsi 660 ribu bph dan realisasi 612 ribu bph (sepanjang 2022). Lifting gas 964 ribu BOEPD, lebih rendah dari asumsi 1,1 juta BOEPD,” ujar Sri Mulyani.
BACA JUGA : Terus Tertekan, Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,16% di Level Rp15.516
Sri Mulyani juga mengatakan harga minyak mentah dunia tercatat rata-rata US$ 78,43 per barel pada 2023. Realisasi tersebut lebih rendah dari asumsi pemerintah sebesar US$ 90 per barel sepanjang 2023.
Meski OPEC sudah memutus untuk mengurangi produksi, tapi karena lingkungan global melemah dan banyak muncul alternatif renewable tekanan jadi tidak mudah.
Sementara itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan produksi minyak mentah di dalam negeri saat ini kondisinya masih cukup menantang.
Hal tersebut menyusul dengan tren penurunan produksi yang masih berlangsung dari tahun ke tahun.
Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan meskipun belum mencapai target, namun ia bersyukur penurunan produksi secara alamiah atau natural decline di tahun 2023 dapat diperkecil. Terutama dari sebelumnya laju penurunan produksi sekitar 6-7%, kini menjadi 1,2%. (hf/dvd)