HFANEWS.COM – Suplai nikel dari Indonesia dinilai bisa semakin besar membanjiri pasar Dunia dan membuat harga nikel bisa semakin terpuruk. Hal itu apabila, pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel tak dimoratorium.
Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi) mencatat, dari maraknya smelter nikel yang ada saat ini di Indonesia, jumlahnya masih akan semakin bertambah.
Rizal Kasli Ketua Umum Perhapi menyebut, saat ini terdapat beberapa perusahaan yang sedang dalam tahap konstruksi. Bahkan, ada yang dalam tahap perencanaan.
BACA JUGA : Nvidia Melonjak ke Posisi Empat Perusahaan Paling Bernilai di Dunia Berkat Boom AI
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada pemerintah untuk memoratorium pembangunan smelter tersebut. Hal ini sebagai cara untuk menghindari over suplai nikel di pasar Dunia.
“Kalau ini selesai di bangun di khawatirkan menambah suplai hampir 12 juta ton, ini pasti akan membanjri pasar global lagi, ada juga yang dalam perencanaan, nah mungkin ini bisa dipertimbangkan untuk di hold sehingga tidak membanjiri pasar nikel dari kita,” ungkap Rizal.
Sekarang ini Indonesia sudah memproduksi hampir 2 juta ton nikel atau 1,97 juta ton yang dipasok untuk Dunia. Hanya saja, kebutuhan nikel Dunia sedang mengalami keterbatasan akibat penurunan permintaan dari China.
Pendorong utama buruknya kinerja nikel adalah kondisi pasokan yang lebih tinggi dibandingkan permintaan.
INSG memperkirakan harga nikel akan tetap berada di bawah tekanan dalam jangka pendek seiring dengan meningkatnya surplus di pasar global dan perlambatan ekonomi global.
Harga rata-rata nikel global menurut INSG sebesar US$16.600 per ton pada kuartal pertama dengan harga secara bertahap naik rata-rata US$16.813 per ton pada 2024. (hf/dvd)