HFANEWS.COM – Harga komoditas batu bara telah bergerak dipengaruhi oleh target dunia dalam transisi iklim, pasokan dan permintaan, penantian pertemuan OPEC+ dan menunggu sinyal dari suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember 2023 ditutup melemah -0,08% atau -0,10 poin ke level US$127,90 per metrik ton pada perdagangan Jumat (24/11/2023) dan menguat 1,91% dalam sepekan terakhir.
Kemudian, batu bara ICE Newcastle kontrak Januari 2024 juga melemah -0,73% atau -0,95 poin ke level US$129,40 per metrik ton, menguat 1,41% dalam sepekan. Dalam minggu ini terdapat dilema berbagai negara dalam mencapai target transisi energinya.
BACA JUGA : Harga LPG Nonsubsidi Tabung 5,5 kg Turun Rp6.000 dan 12 kg Turun Rp12.000 per Tabungnya
India meminta perusahaan-perusahaan swasta meningkatkan investasi di pembangkit listrik tenaga batu bara untuk memenuhi peningkatan permintaan listrik yang dramatis.
bahwa para importir batu bara keras Jerman ingin pemerintah memperpanjang pengoperasian pembangkit listrik batu bara keras, bahkan melewati batas waktu Maret 2024.
Lalu, Prancis, dengan dukungan Amerika Serikat (AS), berencana untuk menghentikan dukungan keuangan swasta untuk pembangkit listrik berbasis batu bara dalam pertemuan konferensi iklim PBB bulan ini.
India dan China menentang segala upaya untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara.
CPO Melesu United Tractors (UNTR) Buka-bukaan Peluang Akuisisi Non-Batu Bara BNP Paribas, bank terbesar di zona euro, juga menuturkan bahwa tidak akan lagi memberikan proyek-proyek yang didedikasikan untuk ekstraksi batu bara metalurgi.
Baru-baru ini, Afrika Selatan sedang mengalami pemadaman listrik tingkat nasional yang paling parah dalam beberapa bulan terakhir lantaran karena perusahaan listrik milik negara tersebut menghadapi kendala kapasitas pembangkit listrik dan kekurangan bahan bakar diesel. (HFAN/DVD)