HFANEWS.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka pada perdagangan hari ini, Kamis (18/4/2024) menguat ke level Rp16.176,5 per dolar AS. Rupiah menguat di tengah stagnannya dolar AS.
Mengutip data Bloomberg pukul 09.01 WIB, rupiah dibuka menguat 0,27% ke Rp16.176,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS stagnan pada level 105,94. Bersamaan dengan rupiah, beberapa mata uang kawasan Asia Pasifik dibuka menguat.
Mata uang di kasawan Asia Pasifik yang dibuka menguat adalah yen Jepang naik 0,10%, doar Singapura naik 0,06%, dolar Taiwan naik 0,14%, dan won Korea Selatan naik 0,85%. Lalu peso Filipina naik 0,23%, rupee India turun 0,11%, yuan China naik 0,04%, ringgit Malaysia naik 0,14%, dan baht Thailand turun 0,20%.
Sejalan dengan itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan ditutup menguat hari ini pada rentang Rp16.170-Rp16.250 per dolar AS. Terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi fluktuasi rupiah.
Pasar misalmya tetap bias terhadap dolar AS setelah rilis data inflasi dan penjualan ritel AS yang lebih tinggi dari perkiraan. Hal tersebut menunjukkan inflasi masih stagnan dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Saham BMRI, BBRI, BBCA, dan BBNI Melemah Seiring Ambrolnya Rupiah
Selain itu, peringatan dari Federal Reserve membuat sebagian besar trader tidak memperhitungkan penurunan suku bunga lebih awal, serta memburuknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah mendorong permintaah safe haven.
Sebelumnya, Analis Pasar Uang Lukman Leong melihat prospek rupiah ke depannya masih akan tertekan oleh dolar AS yang menguat. Menurut Lukman, penguatan dolar AS masih akan berlangsung panjang.
“Penguatan dolar AS masih akan panjang tercermin dari pernyataan yang hawkish dari kepala The Fed Jerome Powell semalam jika mereka belum bisa menurunkan suku bunga karena inflasi yang masih tinggi,” kata Lukman, Rabu (17/4/2024).
Dia melanjutkan pelemahan rupiah ini akan memiliki beberapa dampak ke ekonomi. Dampak tersebut, kata dia, seperti BI yang akan terus mempertahankan suku bunga tinggi saat inflasi yang masih di dalam target.
“Malah ada kemungkinan BI akan perlu kembali menaikkan suku bunga ke depan untuk menahan depresiasi rupiah,” ucap Lukman. (HFAN/Arum)