HFANEWS.COM – Akibat frekuensi transaksi yang melandai setelah kebijakan akibat frekuensi transaksi yang melandai setelah kebijakan Full Periodic Call Auction (FCA) mengudara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi sedalam 2,65%.
Investor asing hari ini mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp729,87 miliar pada Jumat (14/6/2024) atau sebesar Rp8,56 triliun sepanjang 2024. Larinya investor asing membuat pada rata-rata volume transaksi harian naik sebesar 60,25% menjadi 25,31 miliar lembar saham dari 15,79 miliar lembar saham pada sepekan lalu.
Penurunan IHSG disertai dengan menciutnya kapitalisasi pasar indeks komposit menjadi Rp11.486 triliun dari Rp11.488 triliun pada sepekan lalu.
Rata-rata nilai transaksi harian saham pekan ini turut meningkat sebesar 1,93%, yaitu menjadi Rp10,59 triliun dari Rp10,39 triliun. Di sisi lain, rata-rata frekuensi harian saham selama sepekan turut melesu sebesar 2,65% menjadi 902.000 kali transaksi dari 927.000 kali transaksi pada sepekan lalu.
Baca Juga: IHSG Tertekan di Tengah Penantian Rilis Data The Fed
Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, akhir-akhir ini rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) cenderung sepi, sempat ke kisaran Rp10 triliun per hari. Hal itu juga berdampak ke transaksi broker.
“Pendapatan sekuritas atau broker itu dari transaksi kan. Kalau transaksinya sepi, mereka pendapatannya dari mana? Nah jadi mungkin itu sebabnya akhirnya karena pendapatannya lebih kecil tidak menutup biaya operasional,” ujar Teguh kepada Bisnis, dikutip Kamis (13/6/2024).
Mengacu data statistik BEI, sejumlah broker mencatatkan penurunan transaksi secara kuartalan. Misalnya, UBS Sekuritas Indonesia membukukan transaksi Rp112,11 triliun per kuartal I/2024, atau turun -0,95% secara QoQ dibandingkan kuartal IV/2023 sebesar Rp113,19 triliun.
Selanjutnya, Mandiri Sekuritas mencatatkan transaksi sebesar Rp111,78 triliun pada tiga bulan pertama 2024, atau turun -9,30% secara QoQ.
Disusul Maybank Sekuritas Indonesia yang turun -7,60% QoQ menjadi Rp104,1 triliun. Kemudian, CGS-CIMB Sekuritas Indonesia membukukan transaksi Rp87,93 triliun atau turun -12,52% QoQ. Diikuti Mirae Asset Sekuritas Indonesia yang turun -23,21% QoQ menjadi Rp61,83 triliun.
Teguh mengatakan, dengan adanya PPK FCA berisiko akan semakin menggerus nilai transaksi saham, sebab para investor menjadi enggan untuk melakukan transaksi saham.
“Banyak sebelumnya broker yang merugi, baik yang lokal maupun yang asing. Tapi tidak ada tindakan khusus juga dari Bursa, malah ada FCA segala macam yang bikin pasar saham jadi sepi lagi,” kata dia. (HFAN/Arum)