HFANEWS.COM – Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra, memprediksi adanya penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini. Hal ini terutama karena data inflasi konsumen Amerika Serikat.
“Rupiah berpotensi menguat setelah data inflasi konsumen AS bulan Oktober yang dirilis semalam menunjukkan kenaikan di bawah ekspektasi pasar, yakni 3,2 persen,” ujar Ariston Sementara data bulan sebelumnya menunjukkan angka 3,7 persen.
Hasil ini, kata Ariston, menurunkan ekspektasi pasar soal kenaikan suku bunga acuan AS. Dengan kata lain, kebijakan suku bunga tinggi AS akan bertahan dengan jangka waktu lebih lama.
Baca juga : IHSG Menguat Tipis ke Level 6.962, Saham Milik Konglomerat Prajogo Pangestu Paling Laris
Survei CME FedWatch Tool juga menunjukkan persentase probabilitas yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, bahwa the Fed akan menahan suku bunga acuannya di rapat Desember. “Angka probabilitas naik menjadi 99,8 persen dari sebelumnya 85 persen,” tuturnya.
Ariston menyatakan hal itu ditambah dengan turunnya indeks dolar AS yang mengukur kekuatan dolar AS dibandingkan 6 nilai tukar utama dunia. Indeks turun menjadi 104,14 hari ini, sebelumnya indeks berada di 105,80.
Baca Juga : Informasi Penting, Cek Produksi Antam dan UBS di Pegadaian Sekarang
Menurut Ariston, hari ini pasar juga akan menantikan data produksi industri Cina dan data neraca perdagangan Indonesia, sehingga hal ini mungkin saja mempengaruhi rupiah.
“Indikasi pelambatan ekonomi Cina bisa menahan penguatan rupiah tapi di sisi lain, surplus neraca perdagangan Indonesia bisa mendukung penguatan rupiah,” kata pengamat pasar uang itu.
Dengan demikian, Ariston memprediksi potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran Rp 15.630 hingga Rp 15.600 per dolar AS. “Sementara resisten di sekitar Rp 15.700 per dolar AS,” ujarnya.(hfan/dvd)